Minggu, 31 Juli 2011

Hentikan Penjualan Mobil di DKI

Mobil yang terjual di Jakarta hampir 40% dari total penjualan mobil nasional. Tahun lalu penjualan mobil baru secara nasional 700.000-an, yang terjual di DKI hampir 300.000. Tahun ini mobil yang terjual 900.000-an, terjual di DKI hampir 400.000-an.

Distribusi penjualan mobil sebanyak itu karena peredaran uang dan kegiatan ekonomi Indonesia hampir 50% ada di DKI. Usaha sudah dilakukan untuk mendistribusikan kegiatan ekonomi ke daerah tapi kenyataannya kantor-kantor pusat masih terkonsentrasi di DKI. Karyawan pemerintah daerah juga banyak beredar di DKI untuk mengurus anggaran, mencairkan anggaran, raker, lobbying, sowan pejabat pusat, dan lain-lain.

Kita tahu semua infrastruktur di DKI tidak terbenahi, regulasi tidak ada perbaikan, pengendalian lalu lintas sehari-hari di titik-titik macet tidak dilakukan. Panjang jalan tidak bertambah.

Penambaham 300.000 mobil setahun sama saja dengan memerlukan tambahan panjang jalan sebesar 5 m x 300.000 = 1.500 km ! Memang tiap tahun ada mobil yang berhenti beroperasi karena sudah terlalu tua, dan ada mobil DKI yang dijual keluar Jakarta. Dengan asumsi mobil berhenti beroperasi dan mobil terjual keluar Jakarta setahunnya sebanyak 100.000 buah, maka penambahan mobil netto tiap tahun masih 200.000-an dan memerlukan tambahan panjang badan jalan 1.000 km !

Jelas sudah jalan-jalan di DKI sudah tidak muat untuk mobil-mobil baru itu. Mau ditaruh di mana? Tanpa ada perencanaan, pengendalian dan bahkan penghentian penjualan mobil, kekonyolan akan terjadi setiap hari, mobil-mobil memenuhi jalan-jalan di mana-mana tapi dengan kecepatan sangat rendah, dan lebih banyak berhenti karena kemacetan parah. Ini hanya akan membakar BBM secara percuma padahal BBM juga harus diimpor.

Buat apa meneruskan kekonyolan ini? Lakukan kebijakan penghentian penjualan mobil di Jakarta sekarang juga !

Kalau membaca judul tulisan ini pasti penulisnya dituduh bombastis. Tapi kalau membaca hasil hitungan panjangnya jalan yang harus ditambah, dan melihat foto kemacetan di atas yang melebihi horor, serta mengalami kemacetan sendiri setiap hari, pasti akal sehat dan hati nurani pembaca setuju dengan kebijakan penghentian penjualan mobil ini. Oleh karena itu, ikutilah akal sehat dan hati nurani anda !

Perlu diingat bahwa pebisnis mobil masih bisa menjual mobil seperti biasa, tapi di luar Jabodetabek. Mereka harus memahami kebijakan moratorium ini.- green.kompasiana.com/polusi/2011/07/30/hentikan-penjualan-mobil-di-dki/
Mobil yang terjual di Jakarta hampir 40% dari total penjualan mobil nasional. Tahun lalu penjualan mobil baru secara nasional 700.000-an, yang terjual di DKI hampir 300.000. Tahun ini mobil yang terjual 900.000-an, terjual di DKI hampir 400.000-an.

Distribusi penjualan mobil sebanyak itu karena peredaran uang dan kegiatan ekonomi Indonesia hampir 50% ada di DKI. Usaha sudah dilakukan untuk mendistribusikan kegiatan ekonomi ke daerah tapi kenyataannya kantor-kantor pusat masih terkonsentrasi di DKI. Karyawan pemerintah daerah juga banyak beredar di DKI untuk mengurus anggaran, mencairkan anggaran, raker, lobbying, sowan pejabat pusat, dan lain-lain.

Kita tahu semua infrastruktur di DKI tidak terbenahi, regulasi tidak ada perbaikan, pengendalian lalu lintas sehari-hari di titik-titik macet tidak dilakukan. Panjang jalan tidak bertambah.

Penambaham 300.000 mobil setahun sama saja dengan memerlukan tambahan panjang jalan sebesar 5 m x 300.000 = 1.500 km ! Memang tiap tahun ada mobil yang berhenti beroperasi karena sudah terlalu tua, dan ada mobil DKI yang dijual keluar Jakarta. Dengan asumsi mobil berhenti beroperasi dan mobil terjual keluar Jakarta setahunnya sebanyak 100.000 buah, maka penambahan mobil netto tiap tahun masih 200.000-an dan memerlukan tambahan panjang badan jalan 1.000 km !

Jelas sudah jalan-jalan di DKI sudah tidak muat untuk mobil-mobil baru itu. Mau ditaruh di mana? Tanpa ada perencanaan, pengendalian dan bahkan penghentian penjualan mobil, kekonyolan akan terjadi setiap hari, mobil-mobil memenuhi jalan-jalan di mana-mana tapi dengan kecepatan sangat rendah, dan lebih banyak berhenti karena kemacetan parah. Ini hanya akan membakar BBM secara percuma padahal BBM juga harus diimpor.

Buat apa meneruskan kekonyolan ini? Lakukan kebijakan penghentian penjualan mobil di Jakarta sekarang juga !

Kalau membaca judul tulisan ini pasti penulisnya dituduh bombastis. Tapi kalau membaca hasil hitungan panjangnya jalan yang harus ditambah, dan melihat foto kemacetan di atas yang melebihi horor, serta mengalami kemacetan sendiri setiap hari, pasti akal sehat dan hati nurani pembaca setuju dengan kebijakan penghentian penjualan mobil ini. Oleh karena itu, ikutilah akal sehat dan hati nurani anda !

Perlu diingat bahwa pebisnis mobil masih bisa menjual mobil seperti biasa, tapi di luar Jabodetabek. Mereka harus memahami kebijakan moratorium ini.- green.kompasiana.com/polusi/2011/07/30/hentikan-penjualan-mobil-di-dki/
thumbnail
Judul: Hentikan Penjualan Mobil di DKI
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Otomotif, Umum :

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz