Selasa, 12 Juli 2011

Maju Mundur Mobil Nasional

Jurnal Nasional | Sabtu, 9 Jul 2011
Darma Ismayanto


Timor. Merek mobil ini pasti tak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Timor dapat dikata sebagai program mobil nasional (mobnas) paling populer yang pernah digagas pemerintah Indonesia. Meski banyak mengandung kontroversi di seputar latar keberadaan yang dianggap karena monopoli kekuasaan Orde Baru, namun yang pasti pada era 90an varian mobil Timor sempat mengisi ruas-ruas jalan di Tanah Air.

Tapi Timor tidak berusai panjang. Sejak varian sedan pertamanya dilaunching secara resmi pada Senin 8 Juli 1996 di pelataran parkir pusat perbelanjaan Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada tahun 1998 Timor sudah tutup usia.

Bukan hanya sekadar terbatas pada Timor, program pengadaan mobnas lain sebenarnya juga banyak digagas. Sebut saja "Maleo" yang digagas sejak tahun 1993. Program mobnas yang dibidani oleh Menristek BJ Habibie ini kabarnya telah sempat melahirkan 10 prototipe mobil namun urung diproduksi karena kalah "bersaing" dengan program Timor.

Pada tahun 94 juga sempat ada MR90, proyek nasionalisasi dari Mazda 323 hatchback oleh PT Indomobil ini juga tak langgeng. Model terakhir dari upaya ini adalah Mazda Van tren pada tahun 1994.

Grup Bakrie melalui Bakrie Brothers pun pernah mencoba peruntungannya di bisnis dunia otomotif dengan menyiapkan mobil Minibus atau MPV pada tahun 1994. Rancangan mobil yang diberi nama Beta 97 MPV ini memiliki desain buatan rumah desain Shado asal Inggris. Satu unit mobil contoh sudah dibuat dan diuji coba di Inggris. Namun belum sempat keluar lagi-lagi tersandung krisis moneter tahun 1998 sehingga proyek tersebut tidak jadi dilanjutkan.

Nama-nama lain yang sempat bercokol dalam program pengadaan mobnas namun kemudian tutup usia atau bahkan tidak sempat diproduksi adalah Kalla Motor. Bimantara berada di bawah bendera PT Bimantara milik Bambang Trihatmojo. Texmaco Macan berada di bawah PT Texmaco, dan Gang Car garapan PT DI (Dirgantara Indonesia).

Meski kerap mengalami kegagalan keinginan untuk adanya produksi mobnas ternyata tak pernah surut. Belakangan tergabung di dalam ASIA NUSA (Asosiasi Industri Automotive Nusantara) produsen-produsen mobil nasional serupa AG-Tawon, Wakaba, Fin Komodo, Merapi, GEA, Boneo, Kancil, dan ITM mencoba menghidupkan kembali geliat program mobil nasional. Akankah mereka mampu menangguk kesuksesan?

"Populasi di Indonesia sangat besar. Ke depan, pasar otomotif di Indonesia sangat potensial. Apalagi ditunjang kondisi ekonomi yang semakin membaik," kata Erwin Djajadiputra, Direktur Pemasaran dan Penjualan Hyundai Mobil Indonesia.

"Kami juga melihat ke depannya, dunia otomotif nasional akan semakin cerah. Seiring dengan semakin membaiknya iklim perkonomian negeri ini," kata Yuniadi H Haryanto, Deputy Director Marketing Mercedes-Benz.

Kalau agen pemegang merek mobil-mobil asing begitu optimistik dengan peluang pasar di Indonesia, mengapa produsen mobnas tidak? Tentunya sangat disayangkan jika negeri ini hanya menjadi tempat jualan atau perakitan saja. Padahal kita sendiri juga mampu memproduksi.

Ini bisa diikuti dari aktifnya berbagai perguruan tingga Indonesia mendukung pembuatan mobil-mobil khas Indonesia oleh para mahasiswanya. Sayangnya, hasil-hasil kerja kreatif tersebut selalu berakhir difestival-festival otomotif nasional maupun internasional. Padahal mobil-mobil buatan anak bangsa itu kerap mendapat penghargaan terhormat.***
Jurnal Nasional | Sabtu, 9 Jul 2011
Darma Ismayanto


Timor. Merek mobil ini pasti tak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Timor dapat dikata sebagai program mobil nasional (mobnas) paling populer yang pernah digagas pemerintah Indonesia. Meski banyak mengandung kontroversi di seputar latar keberadaan yang dianggap karena monopoli kekuasaan Orde Baru, namun yang pasti pada era 90an varian mobil Timor sempat mengisi ruas-ruas jalan di Tanah Air.

Tapi Timor tidak berusai panjang. Sejak varian sedan pertamanya dilaunching secara resmi pada Senin 8 Juli 1996 di pelataran parkir pusat perbelanjaan Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada tahun 1998 Timor sudah tutup usia.

Bukan hanya sekadar terbatas pada Timor, program pengadaan mobnas lain sebenarnya juga banyak digagas. Sebut saja "Maleo" yang digagas sejak tahun 1993. Program mobnas yang dibidani oleh Menristek BJ Habibie ini kabarnya telah sempat melahirkan 10 prototipe mobil namun urung diproduksi karena kalah "bersaing" dengan program Timor.

Pada tahun 94 juga sempat ada MR90, proyek nasionalisasi dari Mazda 323 hatchback oleh PT Indomobil ini juga tak langgeng. Model terakhir dari upaya ini adalah Mazda Van tren pada tahun 1994.

Grup Bakrie melalui Bakrie Brothers pun pernah mencoba peruntungannya di bisnis dunia otomotif dengan menyiapkan mobil Minibus atau MPV pada tahun 1994. Rancangan mobil yang diberi nama Beta 97 MPV ini memiliki desain buatan rumah desain Shado asal Inggris. Satu unit mobil contoh sudah dibuat dan diuji coba di Inggris. Namun belum sempat keluar lagi-lagi tersandung krisis moneter tahun 1998 sehingga proyek tersebut tidak jadi dilanjutkan.

Nama-nama lain yang sempat bercokol dalam program pengadaan mobnas namun kemudian tutup usia atau bahkan tidak sempat diproduksi adalah Kalla Motor. Bimantara berada di bawah bendera PT Bimantara milik Bambang Trihatmojo. Texmaco Macan berada di bawah PT Texmaco, dan Gang Car garapan PT DI (Dirgantara Indonesia).

Meski kerap mengalami kegagalan keinginan untuk adanya produksi mobnas ternyata tak pernah surut. Belakangan tergabung di dalam ASIA NUSA (Asosiasi Industri Automotive Nusantara) produsen-produsen mobil nasional serupa AG-Tawon, Wakaba, Fin Komodo, Merapi, GEA, Boneo, Kancil, dan ITM mencoba menghidupkan kembali geliat program mobil nasional. Akankah mereka mampu menangguk kesuksesan?

"Populasi di Indonesia sangat besar. Ke depan, pasar otomotif di Indonesia sangat potensial. Apalagi ditunjang kondisi ekonomi yang semakin membaik," kata Erwin Djajadiputra, Direktur Pemasaran dan Penjualan Hyundai Mobil Indonesia.

"Kami juga melihat ke depannya, dunia otomotif nasional akan semakin cerah. Seiring dengan semakin membaiknya iklim perkonomian negeri ini," kata Yuniadi H Haryanto, Deputy Director Marketing Mercedes-Benz.

Kalau agen pemegang merek mobil-mobil asing begitu optimistik dengan peluang pasar di Indonesia, mengapa produsen mobnas tidak? Tentunya sangat disayangkan jika negeri ini hanya menjadi tempat jualan atau perakitan saja. Padahal kita sendiri juga mampu memproduksi.

Ini bisa diikuti dari aktifnya berbagai perguruan tingga Indonesia mendukung pembuatan mobil-mobil khas Indonesia oleh para mahasiswanya. Sayangnya, hasil-hasil kerja kreatif tersebut selalu berakhir difestival-festival otomotif nasional maupun internasional. Padahal mobil-mobil buatan anak bangsa itu kerap mendapat penghargaan terhormat.***
thumbnail
Judul: Maju Mundur Mobil Nasional
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Otomotif :

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz