Senin, 11 Juli 2011

Penipuan Bermodus MLM

Kaya tanpa bekerja serta memiliki waktu luang untuk menikmati harta yang dimiliki. Bebas bepergian ke mana saja tanpa mengeluarkan biaya. Itulah yang kerap dijanjikan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Namun, belakangan marak bermunculan penipuan dengan modus MLM. Bagaimana cara kerja mereka hingga mampu meraup puluhan juta dari para anggotanya?


Penipuan dengan modus MLM semakin marak terjadi. Mulai dari MLM yang bergerak di bidang penjualan obat-obatan, alat-alat kesehatan, sepeda motor, mobil, travel, hingga ibadah haji dan umroh.

Mereka yang bergabung tergiur dengan janji-janji yang diberikan. Hanya dengan menyetor sejumlah uang, mereka pun dijanjikan mendapatkan keuntungan berlipat ganda.

Salah seorang warga lingkungan Lipu, Kelurahan Labuang, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Mandehe, melapor ke Mapolres Majene. Mandehe mendatangi polisi untuk melaporkan kasus penipuan yang diduga dilakukan oleh salah satu pihak MLM, TVI Ekspress. Tak tanggung-tanggung, Mandehe mengalami kerugian hingga Rp60 juta.

Apa yang dialami Mandehe, juga terjadi pada Ahmad Riyadi, warga Jalan Rappocini Makassar. Ahmad tertipu penyelenggara ibadah umrah dan haji dengan sistem multi level marketing (MLM) atau sistem berantai. Caranya, cukup berinvestasi Rp2,5 juta hingga Rp5 juta. Setelah itu, mencari anggota baru (downline). Pada jumlah tertentu, maka bisa berangkat ke tanah suci. Tidak hanya itu, puluhan juta bonus siap diperoleh.

Menanggapi hal itu, pengamat ekonomi, Hamid Paddu, yang dikonfirmasi Upeks, Minggu (10/7), menjelaskan, MLM merupakan salah satu model pemasaran barang. Bentuknya, memberi iming-iming kepada customer untuk ikut terlibat di dalamnya. Pasalnya, manfaat yang diperoleh dengan jumlah yang dibayar, jaraknya cukup jauh. Berbeda dengan sistem penjualan langsung.

"Kalau melalui penjualan langsung, kita membayar sesuai dengan apa yang akan dinikmati. Sementara, melalui MLM, harganya tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh," ujarnya.

Hamid mengungkapkan, kekurangan pembayaran tersebut, kemudian ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari struktur jaringan yang diperoleh. Sehingga, yang menikmati manfaatnya hanya orang-orang yang berada di atas hingga orang ke sekian. Sedangkan, mereka yang berada di bawah sangat rentan merugi.

"Bisnis MLM ini akan berjalan baik jika berjalan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Baik orang pertama dan terakhir dapat merasakan manfaat. Kalau di tengah jalan tiba-tiba macet, maka puluhan orang di bawah tidak akan mendapatkan apa-apa. Uang yang dimasukkan pun tidak akan kembali. Misalnya, orang pertama naik haji duluan menggunakan uang yang disetor di jaringan itu. Kalau macet, habislah semuanya," terangnya.

Menurut Hamid, MLM memang sangat rentan terjadi kerugian, termasuk penipuan. Sifatnya yang berantai membuat bisnis MLM sangat berbahaya. Jika tidak stabil, maka akan mengalami kerugian yang sangat besar. Tidak hanya puluhan juta, tetapi miliaran.

"Bisnis MLM memang tidak stabil. Kalau pasar yang benar kan, harus dibayar langsung untuk memperoleh sesuatu. Kalau di MLM, kita tidak membayar sesuai harganya. Makanya, bisnis MLM ini berbahaya," ungkapnya.

Sementara, Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kemenag) Sulsel, Muhammad Thonank, yang dikonfirmasi terpisah, mengimbau, masyarakat yang ingin menunaikan ibadah umrah dan haji sebaiknya melalui prosedur yang benar. Termasuk, memilih travel yang bonafit sebagai penyelenggara haji dan umrah.

"Kalau sistemnya berantai memang berbahaya. Makanya, kami selalu mengimbau agar masyarakat memilih travel yang memiliki izin yang resmi sebagai penyelenggara haji dan umrah. Jangan terlalu mudah tergoda iming-iming biaya murah," imbaunya. (*) 
Kaya tanpa bekerja serta memiliki waktu luang untuk menikmati harta yang dimiliki. Bebas bepergian ke mana saja tanpa mengeluarkan biaya. Itulah yang kerap dijanjikan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Namun, belakangan marak bermunculan penipuan dengan modus MLM. Bagaimana cara kerja mereka hingga mampu meraup puluhan juta dari para anggotanya?


Penipuan dengan modus MLM semakin marak terjadi. Mulai dari MLM yang bergerak di bidang penjualan obat-obatan, alat-alat kesehatan, sepeda motor, mobil, travel, hingga ibadah haji dan umroh.

Mereka yang bergabung tergiur dengan janji-janji yang diberikan. Hanya dengan menyetor sejumlah uang, mereka pun dijanjikan mendapatkan keuntungan berlipat ganda.

Salah seorang warga lingkungan Lipu, Kelurahan Labuang, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Mandehe, melapor ke Mapolres Majene. Mandehe mendatangi polisi untuk melaporkan kasus penipuan yang diduga dilakukan oleh salah satu pihak MLM, TVI Ekspress. Tak tanggung-tanggung, Mandehe mengalami kerugian hingga Rp60 juta.

Apa yang dialami Mandehe, juga terjadi pada Ahmad Riyadi, warga Jalan Rappocini Makassar. Ahmad tertipu penyelenggara ibadah umrah dan haji dengan sistem multi level marketing (MLM) atau sistem berantai. Caranya, cukup berinvestasi Rp2,5 juta hingga Rp5 juta. Setelah itu, mencari anggota baru (downline). Pada jumlah tertentu, maka bisa berangkat ke tanah suci. Tidak hanya itu, puluhan juta bonus siap diperoleh.

Menanggapi hal itu, pengamat ekonomi, Hamid Paddu, yang dikonfirmasi Upeks, Minggu (10/7), menjelaskan, MLM merupakan salah satu model pemasaran barang. Bentuknya, memberi iming-iming kepada customer untuk ikut terlibat di dalamnya. Pasalnya, manfaat yang diperoleh dengan jumlah yang dibayar, jaraknya cukup jauh. Berbeda dengan sistem penjualan langsung.

"Kalau melalui penjualan langsung, kita membayar sesuai dengan apa yang akan dinikmati. Sementara, melalui MLM, harganya tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh," ujarnya.

Hamid mengungkapkan, kekurangan pembayaran tersebut, kemudian ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari struktur jaringan yang diperoleh. Sehingga, yang menikmati manfaatnya hanya orang-orang yang berada di atas hingga orang ke sekian. Sedangkan, mereka yang berada di bawah sangat rentan merugi.

"Bisnis MLM ini akan berjalan baik jika berjalan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Baik orang pertama dan terakhir dapat merasakan manfaat. Kalau di tengah jalan tiba-tiba macet, maka puluhan orang di bawah tidak akan mendapatkan apa-apa. Uang yang dimasukkan pun tidak akan kembali. Misalnya, orang pertama naik haji duluan menggunakan uang yang disetor di jaringan itu. Kalau macet, habislah semuanya," terangnya.

Menurut Hamid, MLM memang sangat rentan terjadi kerugian, termasuk penipuan. Sifatnya yang berantai membuat bisnis MLM sangat berbahaya. Jika tidak stabil, maka akan mengalami kerugian yang sangat besar. Tidak hanya puluhan juta, tetapi miliaran.

"Bisnis MLM memang tidak stabil. Kalau pasar yang benar kan, harus dibayar langsung untuk memperoleh sesuatu. Kalau di MLM, kita tidak membayar sesuai harganya. Makanya, bisnis MLM ini berbahaya," ungkapnya.

Sementara, Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kemenag) Sulsel, Muhammad Thonank, yang dikonfirmasi terpisah, mengimbau, masyarakat yang ingin menunaikan ibadah umrah dan haji sebaiknya melalui prosedur yang benar. Termasuk, memilih travel yang bonafit sebagai penyelenggara haji dan umrah.

"Kalau sistemnya berantai memang berbahaya. Makanya, kami selalu mengimbau agar masyarakat memilih travel yang memiliki izin yang resmi sebagai penyelenggara haji dan umrah. Jangan terlalu mudah tergoda iming-iming biaya murah," imbaunya. (*) 
thumbnail
Judul: Penipuan Bermodus MLM
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Bisnis :

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz