JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, pengadaan converter kit yang dipasang di kendaraan pengguna gas cair (liqufied gas for vehicle/LGV) tidak perlu disubsidi. Pasalnya, pemerintah mengarahkan pengguna LGV ini adalah masyarakat yang mampu secara ekonomi.
Menurut Dirjen Migas Evita Legowo, pemerintah hanya menjadikan LGV ini sebagai alternatif untuk pemilik kendaraan roda empat pelat hitam yang dilarang memakai premium setelah pembatasan bahan bakar minyak (BBM) diberlakukan April mendatang.
Tidak, tidak ada subsidi, pengguna BBM yang nantinya dilarang pakai premium kan orang kaya. LGV hanya opsi saja," kata dia di Jakarta, Kamis (27/1).
Evita menjelaskan, pemerintah mengajukan LGV sebagai altematif karena harga pertamax yang cukup ting-gi. "Nah, kalau mereka ini tidak mau pakai pertamax yang mahal, mereka bisa pakai LGV," kata dia.
Saat ini, LGV sudah dijual di 8 SPBU milik PT Pertamina (Persero) dengan harga Rp 3.600 per liter setara premium Gsp). Sementara harga pertamax sudah mencapai Rp 7.850 per liter. Meski lebih murah, pemilik kendaraan yang ingin menggunakan LGV harus membeli converter kit seharga Rp 10 juta per unit
Menurut perhitungan, Evita menuturkan, biaya yang dikeluarkan untuk membeli converter kit akan senilai dengan penghematan biaya penggunaan bahan bakar selama 1,5 tahun dibanding pengguna BBM. "Kemudian kan seterusnya mereka bisa membeli LGV dengan harga yang lebih murah dari premium. Jadi ini cuma berat di awal," kata dia.
Mengenai ketersediaan LGV di pasar, dia menuturkan, Pertamina akan menambah 10 outlet LGV baru. "Yang sudah ada kan 8 SPBU, mudah-mudahan Marettahun ini ada 10 SPBU lagi di Jabodetabek. Sehingga totalnya ada 18 SPBU," jelas dia.
Untuk perjalanan luar kota, pemilik kendaraan yang megguna-kan LGV tidak perlu khawatir. Sebab, pengguna LGV juga bisa menggunakan pertamax jika tidak menemukan SPBU yang menjual LGV dalam perjalanan ke luar kota. "Kan itu bisa di-switch Kalau kehabisan gas pas keluar kota, ya pakai saja pertamax," kata dia.
Namun, dia mengakui saat ini pangsa pasar LGV masih rendah. Menurut dia, ini terjadi karena masyarakat belum terlalu mengenal LGV. "Maka kita minta Pertamina untuk melakukan sosialisasi," kata dia.
Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S Alisjahba-na mengatakan, pemerintah sedang mengkaji insentif bagi pemilik kendaraan bermotor dan industri yang mau beralih menggunakan bahan bakar gas (BBG). Kajian tersebut diperkirakan selesai tahun ini.
"BBG Aan masih perlu SPBU-nya, kendaraannya perlu dilengkapi dengan konverternya. Itu perlu investasi dan ini lagi dihitung oleh Bappenas kalau ingin memberikan insentif," ujar Armida, Rabu (26/1).
Menurut dia, pemilik kendaraan pribadi diberikan insentif supaya mereka mau pindah ke BBG, tapi mereka harus beli converter kit "Tentu harus menghitung berapa harganya dibandingkan dia tidak pindah ke gas dan tetap menggunakan pertamax," papar Armida.
Bappenas akan mengadopsi cara yang dilakukan India sebagai negara yang telah lebih dulu menerapkan langkah tersebut. "Dalam kajian ini mengambil referensi ke India dan dia sudah lakukan itu. Targetnya belum ada nanti dari private sector (swasta) kita diskusi apakah ada masukan-masukan. Opsi ini kita kembangkan," lanjut dia. (cO5/did)
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, pengadaan converter kit yang dipasang di kendaraan pengguna gas cair (liqufied gas for vehicle/LGV) tidak perlu disubsidi. Pasalnya, pemerintah mengarahkan pengguna LGV ini adalah masyarakat yang mampu secara ekonomi.
Menurut Dirjen Migas Evita Legowo, pemerintah hanya menjadikan LGV ini sebagai alternatif untuk pemilik kendaraan roda empat pelat hitam yang dilarang memakai premium setelah pembatasan bahan bakar minyak (BBM) diberlakukan April mendatang.
Tidak, tidak ada subsidi, pengguna BBM yang nantinya dilarang pakai premium kan orang kaya. LGV hanya opsi saja," kata dia di Jakarta, Kamis (27/1).
Evita menjelaskan, pemerintah mengajukan LGV sebagai altematif karena harga pertamax yang cukup ting-gi. "Nah, kalau mereka ini tidak mau pakai pertamax yang mahal, mereka bisa pakai LGV," kata dia.
Saat ini, LGV sudah dijual di 8 SPBU milik PT Pertamina (Persero) dengan harga Rp 3.600 per liter setara premium Gsp). Sementara harga pertamax sudah mencapai Rp 7.850 per liter. Meski lebih murah, pemilik kendaraan yang ingin menggunakan LGV harus membeli converter kit seharga Rp 10 juta per unit
Menurut perhitungan, Evita menuturkan, biaya yang dikeluarkan untuk membeli converter kit akan senilai dengan penghematan biaya penggunaan bahan bakar selama 1,5 tahun dibanding pengguna BBM. "Kemudian kan seterusnya mereka bisa membeli LGV dengan harga yang lebih murah dari premium. Jadi ini cuma berat di awal," kata dia.
Mengenai ketersediaan LGV di pasar, dia menuturkan, Pertamina akan menambah 10 outlet LGV baru. "Yang sudah ada kan 8 SPBU, mudah-mudahan Marettahun ini ada 10 SPBU lagi di Jabodetabek. Sehingga totalnya ada 18 SPBU," jelas dia.
Untuk perjalanan luar kota, pemilik kendaraan yang megguna-kan LGV tidak perlu khawatir. Sebab, pengguna LGV juga bisa menggunakan pertamax jika tidak menemukan SPBU yang menjual LGV dalam perjalanan ke luar kota. "Kan itu bisa di-switch Kalau kehabisan gas pas keluar kota, ya pakai saja pertamax," kata dia.
Namun, dia mengakui saat ini pangsa pasar LGV masih rendah. Menurut dia, ini terjadi karena masyarakat belum terlalu mengenal LGV. "Maka kita minta Pertamina untuk melakukan sosialisasi," kata dia.
Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S Alisjahba-na mengatakan, pemerintah sedang mengkaji insentif bagi pemilik kendaraan bermotor dan industri yang mau beralih menggunakan bahan bakar gas (BBG). Kajian tersebut diperkirakan selesai tahun ini.
"BBG Aan masih perlu SPBU-nya, kendaraannya perlu dilengkapi dengan konverternya. Itu perlu investasi dan ini lagi dihitung oleh Bappenas kalau ingin memberikan insentif," ujar Armida, Rabu (26/1).
Menurut dia, pemilik kendaraan pribadi diberikan insentif supaya mereka mau pindah ke BBG, tapi mereka harus beli converter kit "Tentu harus menghitung berapa harganya dibandingkan dia tidak pindah ke gas dan tetap menggunakan pertamax," papar Armida.
Bappenas akan mengadopsi cara yang dilakukan India sebagai negara yang telah lebih dulu menerapkan langkah tersebut. "Dalam kajian ini mengambil referensi ke India dan dia sudah lakukan itu. Targetnya belum ada nanti dari private sector (swasta) kita diskusi apakah ada masukan-masukan. Opsi ini kita kembangkan," lanjut dia. (cO5/did)
Judul: Converter Kit LGV Tidak Perlu Subsidi
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Kamis, Juli 14, 2011
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Kamis, Juli 14, 2011
0 comments:
Posting Komentar